Tuesday, July 24, 2012

FF Kereta

Pagi ini kereta sedang penuh. Ralat. Setiap pagi kereta ekonomi ini selalu penuh. Semua kalangan memenuhi setiap centi meter ruang di masing-masing gerbong. Pekerja, pelajar, pengemis, maling, copet, rampok, dan berbagai sebutan lainnya. Lelaki gagah itu salah satunya. Bukan, bukan perampok ataupun sejenisnya, tapi ia murni pekerja yang sedang berjuang melewati peluh sesak desakan penumpang lain. Di tengah kondisi itu ia masih sempat tersenyum dengan teman seperjuangan di kanan dan kirinya. Teman? Tapi ia sama sekali tidak mengenalnya, begitupun dengan yang ia sebut teman seperjuangan.

Adam, lelaki itu, kali ini bukan hanya senyum yang ia sumbangkan, sapaan ramah ia berikan kepada nenek tua yang meminta izin untuk menggandengnya. "Nenek takut jatoh, Nak", gumamnya. Tidak sampai semenit setelah percakapan singkat itu, tubuh nenek itu goyah, menindih Adam. Tidak sampai jatuh, bahkan mungkin tidak akan sampai jatuh, penuhnya kapasitas penumpang menjadi alasannya. Sampai akhirnya untuk yang kesekiankalinya kereta ini berhenti, ditempat dimana Adam biasa mengakhiri perjalanannya. Selang beberapa detik semenjak tubuhnya dibelai angin segar di peron stasiun, mukanya pucat, tiba-tiba. Lagi, ia merogoh kantong celana yang tidak berisi, sekali lagi. Di tempat lain, nenek tua kembali berpegangan dengan penggantinya.

No comments:

Post a Comment