Wednesday, December 15, 2010

December, 14

Hanya ada satu lelaki yang paling aku percaya,
lelaki yang paling dekat dengan ku,
yang pasti menyayangiku.

Ia tertampan menurutku,
ia juga terbaik,
walau kadang sikapnya membuatku kecewa,
membuatku meneteskan air mata.

Kadang aku marah dengannya,
cercaan yang mungkin sangat kasar pun ku keluarkan,
tapi lagi-lagi ia memaafkan,
walau mungkin kita sama-sama tak mau kalah,
tapi ia selalu melupakan,
melupakan sikapku yang keterlaluan.

Tiada lelaki yang sesetia ia,
yang rela mengantar jemput aku,
yang mungkin tidak memegang uang hanya untuk membekaliku uang saku.

Kadang aku tak mengerti ia,
apa yang ia lakukan seolah tak memikirkanku,
tak memikirkan keadaanku,
sungguh saat itu aku tak ingin mengakuinya,
tanpa aku melihat lagi pengorbananya.

Ya, mungkin memang aku belum mengertinya.
Tapi aku yakin ia melakukan yang terbaik untukku,
untuk keluargaku,
karena aku percaya,
aku sangat percaya,
apa yang ia lakukan adalah yang terbaik untuk keluarganya.
Aku percaya ia,
aku percaya ayahku.

Happy Birthday, Paps :)

Sunday, December 12, 2010

Katanya Tipe Idealis Spontan

Berikut hasil dari tes personality saya di facebook, tertanggal 26 September 2010.

Tipe Idealis Spontan adalah orang-orang kreatif, periang, dan berpikiran terbuka. Mereka penuh humor dan menularkan semangat menikmati hidup. Antusiasme dan semangat mereka yang menyala-nyala menginspirasi orang lain dan menghanyutkan mereka. Mereka menikmati kebersamaan dengan orang lain dan sering memiliki intuisi yang jitu mengenai motivasi dan potensi orang lain. Tipe Idealis Spontan adalah pakar komunikasi dan penghibur berbakat yang sangat menyenangkan. Keriaan dan keragaman dijamin saat ada mereka. Namun demikian, kadang-kadang mereka terlalu impulsif saat berhubungan dengan orang lain dan dapat menyakiti orang tanpa bermaksud demikian, karena sifat mereka yang blak-blakan dan terkadang kritis. Tipe kepribadian ini adalah pengamat yang tajam dan awas; mereka tidak akan ketinggalan satu kejadian pun di sekitar mereka. Dalam kasus ekstrem, mereka cenderung terlalu sensitif serta waspada berlebihan dan dalam hati siap melompat. Kehidupan bagi mereka adalah drama yang menggairahkan penuh keragaman emosi. Namun demikian, mereka cepat menjadi bosan ketika hal-hal terjadi berulang dan dibutuhkan terlalu banyak detail serta ketelitian. Kreativitas, daya khayal, dan orisinalitas mereka paling mudah dikenali ketika mengembangkan proyek atau ide baru – kemudian mereka menyerahkan seluruh pelaksanaan rincinya kepada orang lain. Secara singkat, tipe Idealis Spontan sangat bangga akan kemandiriannya, baik di dalam diri maupun yang tampak dari luar, dan tidak suka menerima peran bawahan. Oleh karena itu mereka memiliki masalah dengan hirarki dan otoritas. Jika Anda memiliki tipe Idealis Spontan sebagai teman, Anda tidak akan pernah bosan; bersama mereka, Anda dapat menikmati kehidupan sebaik-baiknya dan merayakannya dengan pesta-pesta terbaik. Di saat bersamaan, mereka hangat, peka, penuh perhatian, dan selalu bersedia membantu. Jika seorang Idealis Spontan baru jatuh cinta, langit dipenuhi biola dan pasangan mereka akan dihujani perhatian dan kasih sayang. Tipe ini kemudian berlimpah dengan pesona, kelembutan, dan imajinasi. Namun, sayangnya, begitu kebaruan itu luntur dengan cepat akan membosankan bagi mereka. Kehidupan berpasangan sehari-hari yang membosankan tidak cocok untuk mereka sehingga banyak tipe Idealis Spontan keluar-masuk percintaan sesaat. Namun demikian, jika pasangannya bisa membuat rasa ingin tahu mereka tetap hidup dan tidak membiarkan rutinitas dan keakraban melanda, tipe Idealis Spontan dalam menjadi pasangan yang menginspirasi dan penuh kasih sayang.
Sifat-sifat yang menggambarkan tipe ini: spontan, antusias, idealis, ekstrovert, teoritis, emosional, santai, ramah, optimis, memesona, suka membantu, mandiri, individualis, kreatif, dinamis, periang, humoris, penuh semangat hidup, imajinatif, mudah berubah, mudah menyesuaikan diri, setia, peka, menginspirasi, mudah bergaul, komunikatif, sulit ditebak, ingin tahu, terbuka, mudah tersinggung.
Hhm, sebagian besar tepat, keren!

Friday, December 10, 2010

Kenyataannya Begini

Tak pernah bisa menghilangkan perasaan itu,
perasaan yang menyakitkan setiap kali mengingatnya,
ternyata memang aku hanya sendiri disini.

Thursday, December 9, 2010

Cinta itu (Tidak) Memberi

Ketika hati ini terpaut dengannya,
ketika hati ini senang saat melihat ia,
apakah itu cinta?

Sempit sekali jika hanya itu definisi cinta.

Padahal cinta bukan ketertarikan fisik belaka.

Cinta itu memberi,
tapi tidak menyakiti.
Cinta tidak perlu memberi,
jika memang itu menodai.

Sunday, December 5, 2010

Tendang Jauh-Jauh Hambatan Kita..!!

Setiap orang punya kelemahan, setuju? Saya pun punya, salah satunya sangat menghambat akademis saya, yaitu lemah dalam memaksimalkan potensi diri.

Semenjak kuliah, saya merasakan dunia yang sangat berbeda, diri saya yang penuh dengan ketidakteraturan, kemalasan, dan tidak ada kerjaan. Beda sekali dengan sebelumnya, dimana hidup saya selalu teratur dan terjadwal, optimis, motivasi dan semangat yang tinggi saat bangun pagi, dan ceria saat berinteraksi dengan teman-teman. Saya seperti kehilangan jati diri, bahkan sampai sekarang belum bisa pulih seperti dulu.

Kenapa begitu? Yang saya tau, hal itu dikarenakan saya yang sangat memajakan diri, sehingga saya sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus. Saya teramat mencintai SMA saya, teramat mencintai teman-teman saya, teramat mencintai semua yang berkaitan dengan masa muda saya di SMA, hhaha, sehingga membuat saya memandang sebelah mata apapun yang ada di Matematika Ui *gaya bett*. Ya, memang begitulah kenyataannya, dan semua itu ternyata menyulitkan diri saya sendiri. Karena teramat sombongnya saya, yang tidak mau berinteraksi lebih dengan lingkungan baru saya, membuat saya tidak punya teman *wkwkwkw sedih banget, gga sampe segitunya sih =p*. Maksud saya teman disini adalah seperti teman-teman saya di SMA, dimana kita saling menyemangati saat yang satu terpuruk, belajar bersama, jalan-jalan dan wisata kuliner, dan melakukan hal menyenangkan lainnya. Saya tidak mendapatkannya disini, di Matematika UI.

Sampai akhirnya saya sadar, semua itu saya rasakan karena saya yang terlalu menutup diri dengan lingkungan baru saya. Sombong sekali saya..!! -_-"

Jadi sebenarnya apa sih hubungannya tidak memaksimalkan potensi dengan curhatan saya diatas? hhaha. Begini, karena masa lalu yang saya buat, ternyata berdampak besar untuk kehidupan saya sekarang, saya jadi malas datang ke kampus, malas kuliah, malas belajar di kelas *parah banget memang* karena saya tidak click dengan lingkungan saya. Sejak itu saya sama sekali tidak memaksimalkan potensi saya, potensi akademis yang seharusnya bisa lebih dari yang saya dapatkan sekarang, karena sebenarnya saya pintar, saya amat sangat pintar..!! *masyaAllah sombong betul, ckckck* Begitulah, saya pintar tapi tidak bisa mendapatkan hasil yang memuaskan, apa yang salah? Prosesnya yang salah. Selama kuliah saya sangat malas belajar, bahkan semester dua dulu saya hanya belajar menjelang H-beberapa jam sebelum UTS atau UAS, dengan catatan saya jarang mendengarkan dosen di kelas, ckckck, mau jadi apa saya =p.

Ya, saya tau saya bisa tapi tidak berusaha memaksimalkan potensi saya, tidak salah kalau hasil yang saya dapat pun sangat tidak maksimal. Itulah kesalahan yang saya buat hampir tiga semester pertama.

Saya punya kelemahan, mungkin juga kalian, dan kelemahan itu akan membudaya di dalam diri kita jika kita tidak mengambil tindakan terhadap hal itu. So, carilah, apa kelemahan kita dan bagaimana seharusnya kita menyikapinya. SEMANGAT :)

Tebak-Tebak Tidak Berhadiah

Saatnya bermain tebak-tabakan..!!

Saya akan menyebutkan tiga orang spesial (diluar keluarga) dalam hidup saya saat ini, tiga orang yang amat sangat penting keberadaannya, tiga orang yang membuat hari-hari saya lebih berwarna, hhoho.

Yap, akan saya sebutkan tiga orang itu, tapi..

Tapi saya hanya akan menyebutkan karakter dari orang-orang tersebut, karakter yang terekam jelas di memori saya, karakter yang saya kenal seiring waktu saya bersama mereka.

1. Dia seseorang yang banyak kesamaannya dengan saya, jaim, sulit untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya dia rasakan, anti untuk minta maaf atau memaafkan, bukan karena sombong, bukan karena tidak mau, tapi karena gengsi. Tapi itu dulu, sekarang dia sudah cukup dewasa koq, hhehe. Dia orang yang ceria, pencair suasana, tapi menurut saya dia kurang bisa cepat berinteraksi dengan lingkungan barunya kalau tidak ada orang ketiga.

2. Seseorang yang masih saya ingat jelas bagaimana pertemuan pertamanya, yang masih sangat saya ingat bagaimana saya mencuri-curi perhatiannya, hhaha. Seseorang yang amat baik memperlakukan saya. Dia orang yang penurut, tapi kadang keras kepala. Dia itu orangnya malaaasssss..!! zzzz~ Tapi pintar. Dia juga sombonggggg..!! Saya tidak pernah tau apa yang ada didalam pikiran orang itu sampai kadang melakukan hal-hal yang berlebihan cuma untuk sesuatu yang tidak penting (menurut saya, hhehe).

3. Orang ketiga ini sering sekali dibilang mirip dengan saya, hhehe. Bahkan mama saya sendiri bilang begitu. Dia orang yang santai, terkadang saya iri dengan dia yang bisa menjadi dirinya sendiri tanpa terpengaruh orang lain, secara saya kan orangnya plinplan, jadi mudah sekali untuk berubah-ubah. Tapi ia suka minder dengan orang lain, merasa tidak di terima di lingkungannya, padahal sebenarnya tidak begitu.

Itulah mereka, tiga orang yang saya amat bersyukur mengenal mereka. Sebenarnya semua orang disekeliling saya mempunyai arti sendiri dalam hidup saya, semua orang yang saya kenal sangat mewarnai hari-hari saya, tapi ketiga orang ini lah yang menempati posisi lebih dihati saya, saat ini, karena dengan mereka, saya bisa menjadi diri saya sendiri.

Siapakah mereka? Apakah kalian? hhehe, mungkin :)

Musik Menurut Maulia (MMM, hhehe)

Kalau naik kendaraan umum, atau sedang ditempat umum, termasuk juga di dalam kelas, saya sering melihat orang-orang memasang headset di telinganya, sebagian besar sepertinya sedang mendengarkan musik.

Ya, begitu banyak orang yang mengisi waktu luangnya, saat menunggu sesuatu misalnya, dengan mendengarkan musik, karena musik menjadi sesuatu hal yang menarik dan menghilangkan jenuh *sepertinya*, bukan begitu?

Hhm, kalau saya yang disuruh jawab, saya akan jawab "mungkin iya", hhehe. Kenapa saya jawab mungkin? Ya, mungkin menarik, mungkin dapat menghilangkan jenuh, mungkin dapat mengobati suasana hati yang sedang tidak enak, tapi sayangnya saya tidak suka, saya amat tidak suka musik dan saya tidak membiasakan diri untuk mendengarkan musik (mungkin cuma sekali-sekali dan itu sangat jarang) di waktu luang saya. Kenapa? *pada mau tau gga? =p* Karena menurut saya musik itu melenakan.

Kenapa saya bilang melenakan?

Melenakan karena lirik yang terlalu 'berlebihan', terlalu gombal, hhaha, melenakan karena nada yang terlalu mendayu-dayu, dan itu berpengaruh kepada suasana hati saya. Ketika hati saya sedang lemah, dan saya mendengarkan musik yang berlirik tentang cinta misalnya, wkwkwkwk, saya akan makin mendramatisir suasana hati saya. Memang sulit dijelaskan, karena ini masalah hati, hhehe. Saya tidak meminta orang lain untuk mengerti atau merasakan hal yang sama dengan saya, dan saya tidak meminta orang lain mengikuti kebiasaan saya. Saya hanya mengungkapkan apa yang ada di pikiran saya untuk di tulis dan di bagi.

Semua orang punya hal yang disukai dan tidak disukai, apapun itu, saya sangat menghargai, dan disini, saya tidak suka musik dan saya tidak membiasakan diri untuk mendengarkan musik. :)

Ga Mau Libur (Hari Selasa)..!!

07 Desember 2010, adalah hari pertama di tahun baru Hijriah. Libur..!! hhehe :) Tapi sayang, tanggal itu bertepatan dengan hari selasa, hari dimana saya biasa berkumpul dengan kelompok yang saya sukai, kelompok yang mampu mengingatkan saya disaat saya lalai, disaat saya lemah. Kelompok yang insyaAllah beranggotakan wanita-wanita shalihah *aminn*, kelompok yang berisikan orang-orang yang selalu ingin menjadi lebih baik.

Saya suka kelompok itu, saya suka orang-orang didalamnya, walaupun dalam perjalanannya, sering terjadi pasang surut anggota, silih berganti pembina.

Selasa sore yang terkadang hujan, suasana di lantai dua masjid itu, tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, betapa indahnya, betapa tenangnya, betapa saya suka sekali semua itu, tanpa terkecuali. :)

Monday, November 29, 2010

Pelajaran dari Main Game *Ngasal, hhaha

Balance, itulah game yang sedang saya gemari akhir-akhir ini, hhaha. Tapi ini tidak penting, karena saya tidak sedang ingin bercerita tentang balance, tapi tentang apa yang saya rasakan saat bermain game.

Ketika saya mengemari suatu game, ketika saya tergila-gila dengan suatu game, saya akan mengerahkan seluruh perjuangan saya sampai titik darah penghabisan untuk menamatkan game itu *lebay mode: on*. Level demi level saya lewati untuk mencapai titik ujung, titik tamat game tersebut.

Setuju tidak kalau saya bilang setiap level punya titik sulit yang harus dilewati dan level yang lebih tinggi akan lebih sulit untuk dilalui dari pada level sebelumnya? Mungkin tidak selalu, tapi kebanyakan begitu, benar kan? Benar kan? *nanya sambil ngancem pake piso*. Seberapapun sulitnya, seberapapun menyebalkannya level pada game itu, saya tetap tertarik untuk melaluinya, karena saya yakin orang pembuat game itu pasti tau bahwa sang pemain akan bisa melewati titik sulit tersebut, walaupun mungkin butuh proses dan waktu yang lama. Setuju gga sih? Setuju kan? Setuju dong? =p

Kalau di game ada level-level yang harus dilalui, bukankah dikehidupan nyata juga ada tingkatan-tingkatan semacam itu? Walaupun tidak tertera jelas seperti di game-game. Ya, dikehidupan nyata pun ada tingkatan-tingkatan semacam itu, dan untuk tingkatan yang lebih tinggi, pasti punya ujian yang lebih sulit pula. Kalau kita, khususnya saya, bisa menamatkan suatu game yang kita mainkan, kenapa kita tidak bisa menamatkan ujian-ujian di kehidupan nyata?

“Tapikan kehidupan itu bukan game?”, mungkin ada yang bertanya seperti itu.

Ya, kehidupan itu bukan game, tapi bisa di analogikan dengan game, dan kenapa kita tidak menganggap kehidupan sebagai game kalau itu malah membuatnya semakin menyenangkan?

Suatu game ada yang membuat dan ada yang memainkan, begitu juga dengan kehidupan. Allah telah mengatur sedemikian sehingga di dunia ini terdapat kehidupan yang harus kita jalani, dan setiap manusia, percayalah, pasti punya ujiannya sendiri-sendiri, tergantung dengan tingkatan-tingkatan kita. Kenapa Allah memberikan kita ujian seperti itu? Karena seperti halnya game, Sang Pemilik Kehidupan itu pun juga yakin kalau kita, manusia ciptaannya, pasti bisa melalui ujian yang Dia berikan. Percaya tidak? Kalau saya sih, dengan berbagai macam pengalaman menghadapi berbagai masalah, saya sangat percaya itu, walaupun dalam menghadapi itu semua, butuh proses dan waktu yang panjang, butuh air mata yang bercucuran, butuh emosi yang naik turun, hhehe, butuh perjuangan deh pokoknya.

“Karena Allah tidak akan memberikan ujian kepada manusia diluar kesanggupannya.”

Mau vs Harus

“Ketika bersyahadat, artinya kita menyatakan bahwa diri kita bersedia untuk dibatasi.”
Sebuah kalimat ajaib yang mampu menguatkan saya.
Bagaimana tidak?Saat saya ingin sekali menyapa dan memperhatikan seseorang, saat hati ini terpaut kepada sang pujaan hati, disaat itu pula Allah mengatur bagaimana seharusnya interaksi dengan lawan jenis, dan kata-kata itu yang mengingatkan saya, seolah menghilangkan keraguan selama ini. Keraguan untuk memilih apa yang saya mau atau apa yang harus.
Ketika saya memilih apa yang saya mau, namun nyatanya keinginan itu melanggar aturan yang ada, bukankah saya telah salah memilih? Karena aturan itu dibuat oleh Dzat yang selalu benar, aturan itu mutlak benar, dan saya pun meyakini itu benar.
Jika sudah jelas mana yang benar, jika sudah meyakini bahwa itu benar, masihkah saya egois mementingkan keinginan itu?

Syahadat di lima waktu sholat, menyatakan bahwa saya bersedia untuk dibatasi oleh aturan-aturan yang ada. Tidak hanya menyatakan, tapi juga untuk dilaksanakan.

Cukup sudah pelajaran yang saya dapat.
Cukup sudah saya dengarkan rayuan si musuh yang nyata bagi manusia. :)

Komennya itu Lho! Ggrrrr~

Saya pernah baca artikel tentang betapa ekspresifnya orang-orang di suatu Negara X * disensor deh* menyambut karya-karya anak-anak bangsanya. Tapi disini saya tidak akan membahas tentang itu, karena domainnya terlalu luas dan saya bukan mau membandingkan dengan Negara Indonesia, nanti ada yang protes kan repot.


Begini deh, coba saya minta kalian, para pembaca tuisan saya yang aneh ini *yang aneh tulisannya, bukan kalian, hhehe*, buat memposisikan diri sebagai seseorang yang sedang meminta pendapat terhadap sesuatu yang baru kalian buat.

Kasus pertama,
Kalian: “hei, cobain deh makanan gw, buat sendiri lho!”

Siyangdimintapendapat: “hueks, uhuksuhuks, asin banget!”


Kasus kedua,

Kalian: “hei, cobain deh makanan gw, buat sendiri lho!”

Siyangdimintapendapat: “hhm, enak enak, tapi kayanya garamnya harus dikurangin dikit deh, coz agak asin.”


Sebenernya hal yang mau disampaikan itu sama, sama-sama mau bilang kalau makanan itu asin, tapi bagaimana perasaan kalian jika diperlakukan seperti kedua kasus diatas? Kalau saya sih, langsung *JLEBB* banget kalau keadaannya seperti kasus pertama.

Memang tidak semua orang seperti saya, yang sensitif dan melankolis, hhaha, baru di protes dikit aja udah ciut. Tapi memang kenyataannya, tidak semua orang setegar yang kalian pikir.
Kata-kata yang menurut seseorang biasa, bisa jadi terdengar kasar ditelinga orang lain. Jangan karena komentar yang seperti itu malah menghentikan produktivitas seseorang (!!!!).

Ada yang bilang, katakan yang benar itu benar, yang salah itu salah. Tapi bukankah dalam penyampaian harus ada aturannya? Sampaikan dengan bahasa yang dimengerti, sampaikan dengan bahasa yang sesuai dengan sasaran atau sia-sia apa yang kita sampaikan.

Hargai! Hargai! :)

Wednesday, August 11, 2010

Surat cinta

Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah di selesaikan,
"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar,
dan aku pun telah menjanjikan kepadamu,
tetapi aku menyalahinya.
Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu,
melainkan aku sekedar menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku,
oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku,
tapi cercalah dirimu sendiri.
Aku tidak dapat menolongmu,
dan kamu pun tidak dapat menolongku.
Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku dengan Allah sejak dulu."
Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih.

Ibrahim (14): 22

Tuesday, August 10, 2010

Nasihat Untukku

Keluhanku memang tak ada artinya.
Penyesalan pun tak mengubah apa-apa.

Terima sajalah,
pasti ada hikmahnya.
"Karena hasil bukan bagian kita,"

Terima kasih sudah mengingatkan.

Bad Time

Sulit untuk menerima bahwa kenyataan tidak sesuai dengan harapan.
Ketika rancangan-rancangan hidup yang ku buat jauh hari harus sirna ditangan takdir.

Tidak mudah untuk percaya, bahwa apa yang terjadi adalah jalan terbaik yang telah dipilihkan oleh Tuhan.

Maaf atas ketidakterimaanku.

Tak seharusnya ada keluhan,
tak seharusnya ada umpatan.

Tapi aku manusia.
Karena aku hanya manusia.

Monday, August 9, 2010

Aku Hanya Iri, Awalnya!

Pernah ada seorang kakak bertanya, "Pilih menjadi kaya bersyukur atau miskin bersabar?". Pertanyaan yang mudah bukan? Tentu saja saya lebih memilih kaya bersyukur.

Tapi sayangnya hidup tidak pernah memberikan pilihan semudah itu. Buktinya apa? Banyak gedung-gedung tinggi yang menaruh mushola-nya di basemen. Banyak juga orang bunuh diri karena terlilit hutang.

Ya. Kadang kita lupa kalau kaya ataupun miskin, keduanya adalah ujian.

Kita tidak akan tau apa yang akan kita lakukan jika berada dalam situasi yang berbeda. Saya pun tidak berani menjamin bisa bertahan hidup dalam kondisi semiskin miskinnya, atau paling tidak rela memberi seribu rupiah saat ada pengemis mengetuk rumah mewah saya nanti.

Lalu kenapa harus mengeluh ketika setiap manusia sudah punya ujiannya masing-masing?

Bukankah rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau?

Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan?



Turun naik, itulah iman.
Maka hanya aku yang bisa mengingatkan diri ini,
disaat yang lain tidak peduli,
sibuk dengan urusan sendiri.

Saturday, August 7, 2010

Sungguh, Aku Takut!

Dua puluh tahun ini,
dengan tangannya ia membesarkanku.
Apapun, ia berikan jika ia mampu.

Kadang ia juga mengeluh,
saat aku mengecewakan,
saat aku tak mendengarkan.

Kadang ia juga terlihat lelah.

Tapi ia tak pernah acuh,
walau aku seperti tak mau tau.

Nalurinya selalu inginkan kebahagiaanku,
mengapa begitu?

Kadang aku takut,
tahukah, Kau?

Akan pengorbanan,
akan harapan,
akan tuntutan,

akan semua inginmu.



Dedicated to my parent, maaf belum bisa memberikan banyak.
Doakan semoga aku bisa membahagiakanmu..
I really love you :)

Dilema

Lama aku menyimpan ini.
Ada yang salah diantara kita.
Bukan kamu,
bukan juga perasaanmu.

Aku ingin kamu tau aku ragu.
Aku ingin kamu tau aku takut.
Entah karena apa.
Mungkin waktu yang kurang tepat,
mungkin waktu yang terlalu cepat.

Maaf,
sungguh aku ingin mengakhirinya.

Walau aku tak yakin akan mudah melepasmu,
akan mudah tanpa dirimu di keseharianku.

Sunday, August 1, 2010

Memori Kemarin

Dulu,
aku memandangmu dari kejauhan,
tidak hanya sekali, tidak hanya sehari.

Karena aku senang,
saat kau ada ditempat yang sama denganku.
Aku senang,
saat melihatmu,
walau menyapa pun belum tentu.