Monday, November 29, 2010

Mau vs Harus

“Ketika bersyahadat, artinya kita menyatakan bahwa diri kita bersedia untuk dibatasi.”
Sebuah kalimat ajaib yang mampu menguatkan saya.
Bagaimana tidak?Saat saya ingin sekali menyapa dan memperhatikan seseorang, saat hati ini terpaut kepada sang pujaan hati, disaat itu pula Allah mengatur bagaimana seharusnya interaksi dengan lawan jenis, dan kata-kata itu yang mengingatkan saya, seolah menghilangkan keraguan selama ini. Keraguan untuk memilih apa yang saya mau atau apa yang harus.
Ketika saya memilih apa yang saya mau, namun nyatanya keinginan itu melanggar aturan yang ada, bukankah saya telah salah memilih? Karena aturan itu dibuat oleh Dzat yang selalu benar, aturan itu mutlak benar, dan saya pun meyakini itu benar.
Jika sudah jelas mana yang benar, jika sudah meyakini bahwa itu benar, masihkah saya egois mementingkan keinginan itu?

Syahadat di lima waktu sholat, menyatakan bahwa saya bersedia untuk dibatasi oleh aturan-aturan yang ada. Tidak hanya menyatakan, tapi juga untuk dilaksanakan.

Cukup sudah pelajaran yang saya dapat.
Cukup sudah saya dengarkan rayuan si musuh yang nyata bagi manusia. :)

2 comments:

  1. uwaaaah mauliaaa baca postingan muh yg ini bikin aku tertampar huhuhuhu

    makasih yaa temannn :)
    lagi butuh dukungan moriil, eh pas baca postingan ini alhamdulillah ada rasa lega di hati
    *aih bahasanya ;p

    ReplyDelete
  2. hhehe, knapa emg nui?
    duhh jd malu dibaca tulisannya =p

    ReplyDelete