Thursday, March 27, 2014

Menahan Diri dari Menulis yang Tidak Perlu

Kemarin, saya membaca sebuah quotes BJ Habibie yang dipost teman di Path, bunyinya kurang lebih begini, "Jika tidak ada bahu untuk bersandar, selalu ada lantai untuk bersujud".

Kalau dari pengalaman pribadi dan sepenglihatan saya, jika memang tidak ada bahu buat bersandar, dalam artian tidak ada seseorang yang bisa jadi "tempat sampah" kita saat kita punya masalah, biasanya, kita lebih sering melampiaskannya dengan menulis status di media sosial online yang berisi curhatan pribadi kita, namun bukan mencari lantai untuk bersujud seperti quotes yang saya sebutkan diatas.

Kita seperti ingin memberitahu semua orang apa yang sedang kita rasakan, dalam rangka ingin mendapat perhatian, bukan begitu? Ya, wajar memang melakukan hal seperti itu, karena fitrahnya manusia sebagai mahluk sosial, tidak bisa hidup sendiri, dan selalu ingin membagi apapun dengan orang lain, termasuk mencurahkan masalah kita.

Tapi mungkin kita lupa, di balik semua masalah yang kita hadapi, selalu ada Allah yang setia mendengarkan keluh kesah kita, doa-doa kita. Ya, selalu ada lantai untuk kita bersujud memohon bantuan Allah.

posted from Bloggeroid

Hanya perlu ingat, orang baik hanya untuk yang baik pula. Jadi jangan berharap bersanding dengan yang baik jika membenahi diri sendiri saja belum mampu.

posted from Bloggeroid

Monday, March 10, 2014

Sadar masih sering terbawa arus eksternal, maka saya putuskan untuk mencari lingkungan yang baik.
Sadar masih mudah terpengaruh teman, maka saya putuskan berteman dengan yang baik.
Jadilah pribadi yang kuat, jika belum bisa, berlindunglah dilingkaran yang benar.

A Little Happiness

Wahh gga kerasa udah jam 12:15 aja, berhubung udah lama gga nulis diblog dan mumpung lagi buka laptop, jadi sekalian diborong deh postingannya hhehee.

Sekarang saya mau cerita sesuatu hal. Beberapa hari yang lalu saya lagi scanning tulisan-tulisan yang tidak layak publish buat ditaro di draft. Nah dari hasil scanning tersebut, gga sengaja buka tulisan yang ada komennya dari orang lain. Isi komennya begini.


Buat ukuran blog saya yang sepi pengunjung dan sepi komen, baca komen tersebut rasanya bikin senyum-senyum sendiri hhehe. Saya gga nyangka tulisan yang dibuat iseng dikala senggang ternyata dinilai seperti itu *ceritanya malu*. Rasanya senang jika sesuatu yang kita lakukan bermanfaat buat orang lain. So, keep writingggg ^^,9

Sunday, March 9, 2014

Hanya Sebatas Sudut Pandang

Bumi itu bentuknya bulat, atau mungkin hampir bulat, dan manusia hidup di permukaannya. Dari masing-masing tempat dimana kita tinggal, kita punya cara pandang tersendiri. Yang kita anggap atas, dianggap bawah oleh orang lain, yang kita anggap bawah, dianggap atas oleh orang lain, yang kita anggap kiri, dianggap kanan oleh orang lain, dan yang kita anggap kanan, dianggap kiri oleh orang lain. Yang lain salah, jika kita hanya melihat dari sudut pandang kita pribadi, tapi semua bisa jadi benar, jika kita melihat dari seluruh sudut pandang.

So, dont judge others. Lihat dari sudut pandang orang lain jika kita mau memahami perbedaan.

Jakarta

Udah lama banget saya mau menuliskan sesuatu tentang Jakarta, kota kelahiran dan kota yang membesarkan saya hhehee.

Sungguh kasihan engkau Jakarta, disaat kemacetan tak terhindari, engkau yang disalahkan. Tidak sadarkah mereka kepadatan penduduk karena siapa?

Sungguh kasihan engkau Jakarta, disaat banjir datang, engkau yang disalahkan. Tidak sadarkah mereka sampah yang menumpuk karena siapa?

Sungguh kasihan engkau Jakarta, disaat polusi sudah parahnya, engkau yang disalahkan. Tidak sadarkah kurangnya pepohonan dan banyaknya gedung-gedung tinggi karena siapa?

Tapi disaat engkau memberikan penghasilan, mereka tidak bilang "Jakarta".

So, please, buat orang-orang yang merasa lelahnya kemacetan, susahnya kebanjiran, dan tidak sehatnya udara Jakarta, tapi masih merasa perlu untuk tinggal di Jakarta, lakukan sekecil apapun yang bisa kita lakukan untuk sama-sama menguranginya, bukan cuma menyalahi "Jakarta". Sekian.

Paradoks

"Ketika pernikahan menjadi sesuatu yang sangat mahal,
dan perzinahan menjadi mudah untuk dilakukan..."
Di sabtu pagi, tanpa kemacetan ibu kota, di pinggir jalan aku melihat dua orang yang sedang berkelahi. Satu orang tampak berusaha memukuli, yang satu lagi lebih terlihat menghindar dengan perasaan takut. Ahh, aku tak berani lagi melihat lebih lama pemandangan itu. Terlalu kejam menurutku. Tapi tak bisa dipungkiri, di sudut lain di dunia yang sama dengan tempatku tinggal, ada orang-orang yang tak bebas hidupnya dari rasa ketakutan akan kekerasan. Apa yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang bebas akan siksaan? Kasian. Hanya bisa kasihan.

"Ya Allah, lindungi mereka yang tidur diselimuti rasa ketakutan akan kekerasan, akan penganiayaan."

Hope

Berawal dari rasa iri akan indahnya lantunan mereka yang lebih dahulu belajar, bisa berkumpul dengan orang-orang yang sama iri pada awalnya, adalah suatu kepuasan tersendiri, bagaimana beratnya memulai, bagaimana beratnya konsisten.

Semoga Allah meringankan langkah-langkah kita yang sama-sama ingin mempelajari Al-Quran. Pelan-pelan memperbaiki tujuan, dari hanya sebatas keirian, berkembang menjadi kemuliaan di akhirat sebagai tujuan.

Ya Allah, izinkan aku mempersembahkan mahkota dari cahaya untuk kedua orang tua ku kelak.